Selasa (30 Oktober 2012) kami melakukan
penyebrangan Padang – Sikakap dari Pelabuhan Bungus, Teluk Bayur, Padang. Perjalanan direncanakan akan menghabiskan
waktu 12 jam di lautan, menyeberangi Selat Mentawai. Harga tiket Bisnis Dewasa adalah 128 ribu rupiah,
sudah termasuk asuransi. Kalau ekonomi
dewasa berapa yaa, hmm, sekitar 90an ribu rupiah gitu. Kami sampai di Pelabuhan Bungus sekitar pukul
15.30 sore. Ditemani oleh Pak Nasmul dan
Pak Mulfit dari Dinkes Provinsi Sumbar karena ini pengalaman pertama bagi kami “melaut”
ke Mentawai.
di Dek KMP Tanjung Burang |
KMP Tanjung Burang berangkat pada pukul
17.30 menuju Pelabuhan Sikakap, Pulau Pagai Utara, Mentawai. Di kabin VIP, tidak terlalu terasa pergerakan
kapalnya. Tetapi di bagian dek kapal,
rasanya begitu nyata. Naik-turun akibat
menerjang ombak dan gelombang Selat Mentawai sangat terasa. Belum lagi ditambah hujan gerimis yang turun
saat itu. Hehe. Tapi lama-lama aku
kedinginan sih kena angin laut, makanya turun lagi ke kabin VIP. Ada tivinya juga disitu, tapi kadang nyala
kadang engga karena pengaruh dari sinyal.
Sinyal hape juga hilang saat di lautan.
Akhirnya setelah solat dan makan (yang sudah kami beli sebelum naik
kapal), sekitar jam 7 malam mulai tidur.
Mencoba posisi yang pas agar badan ini tak terlalu terlipat-lipat sehingga
kami bisa tidur nyenyak. Semalaman aku
beberapa kali terbangun karena naik-turun rasanya kapal ini, sehingga badanku
juga ikut naik-turun.
"berjuang" untuk tidur di Kabin VIP XD |
Alhamdulillah.. Rabu, 31 Oktober 2012 pukul 6.30 kami tiba di
Pelabuhan Sikakap, Mentawai. Itu berarti
membutuhkan 13 jam di lautan.
Daratan Sikakap sudah terlihat :) |
Kami dijemput oleh Mobil Ambulance :D
karena barang-barang kami yang sangat banyak itu. Saat mengangkat-angkat koper dan barang itu,
aku memperhatikan suasana sekeliling.
Pelabuhan Sikakap di pagi hari pasca datangnya kapal. Banyak orang berlalu-lalang menjemput
keluarganya. Banyak juga yang mungkin
sengaja ke Padang untuk “kulakan” (apa ini bahasa indonesianya ya -_-a) barang
dan akan dijual lagi di Sikakap. Itu
yang membuat harga bahan makanan dan barang-barang di Sikakap menjadi lebih
mahal. Setelah itu kami berlima dibawa
ke Wisma Lestari, tempat menginap kami sementara selama beberapa hari karena
kami belum mendapat rumah kontrakan yang bisa ditempati. Rumah Dinas Puskesmas pun sudah habis
terhuni. Kami disambut oleh Ka Erika, Kepala
TU Puskesmas Sikakap yang juga tinggal bersebelahan dengan Wisma Lestari. Setelah nego harga dengan saudara dari Bu
Rika, kami akan tinggal sekitar 2 minggu di penginapan ini.
Wisma Lestari sangat dekat dengan Pasar
Sikakap. Jarak antara Pelabuhan Sikakap
dan Pasar Sikakap relatif dekat. Bisa
ditempuh dengan berjalan kaki. Yang
membuatku bahagia tinggal di Sikakap ini adalah ada 1 masjid dan 2 mushalla
sepanjang jalanan Sikakap ini. Masjid
Raya Al Furqon itu yang terbesar. Hmm..
rasanya sangat bahagia. Tentu saja
awalnya aku berpikir akan sedikit tempat ibadah muslim disini dan tak terdengar
adzan saat waktu solat tiba seperti yang terjadi kalo sedang liburan di Pulau Bali. Namun yang kutemukan disini berbeda. Bahkan sebelum adzan pun tak jarang yang
dibunyikan dari masjid adalah murottal Alqur’an J sungguh amat-amat senang.
Alhamdulillah. Allah Maha
Besar. Toleransi umat beragama disini
juga nampaknya baik. Dan beberapa warung
makan juga dimiliki oleh ibu-ibu yang beragama islam sehingga aku merasa aman
jika membeli makanan disitu.
Disini juga aku berkenalan dengan Ka
Maria dan beberapa rekannya di UN Joint yang bertempat di Sekretariat Bersama
Sikakap, Mentawai. Itu adalah salah satu
NGO dari United Nations yang bekerja untuk rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana gempa dan tsunami Mentawai tahun 2010 lalu. Awal yang baik untuk menjalin kemitraan
dengan NGO yang ada disini. Apalagi kami
diperbolehkan untuk main-main ke sekretariat itu untuk wifi-an. Hahaha. Alhamdulillah XD
Satu lagi yang unik. Bahwa bukan cuma angkot di Padang yang
senantiasa ajeb-ajeb, tapi di Sikakap Tengah juga selalu berbunyi musik-musik
khas Padang dan Medan. Kalau musik-musik
itu sudah berhenti, maka dilanjutkan oleh para remaja-remaji yang bernyanyi
sambil bermain gitar :D tapi sekitar jam 9 keatas, suasana disini sudah mulai
sepi. Toko-toko di pasar juga sudah
tutup.
Malam pertama di Sikakap, jujur saja, aku
agak was-was. Aku sengaja sudah memakai
kaos lengan panjang dan celana training panjang dan menyiapkan jilbab di
sebelahku. Kalau-kalau ada apa-apa di
malam itu. Dua kali aku terbangun dan
melihat jam di hape belum menunjukkan pukul 4 pagi. Hmm.. kapanpun dimanapun, selama di Sikakap
ini, harus waspada akan bencana yang
mungkin terjadi. Sebenernya bukan cuma
di Sikakap sih, mau dimanapun tempatnya di atas bumi ini juga bisa terjadi
bencana. Mungkin harus lebih
berhati-hati disini karena Mentawai ini rawan gempa dan tsunami.
Walaupun nelpon dari sini agak
putus-putus karena sinyal yang tidak begitu bagus, aku puas sudah mendengar
suara orang tuaku via telepon. Bahkan
aku ini sedang tidak berada di Pulau Sumatera, tapi di Kepulauan Mentawai. Sungguh dari kecil aku tidak pernah bermimpi
akan menghabiskan waktu disini, di tempat yang jauh dari Pulau Jawa :D
No comments:
Post a Comment