Friday, February 8, 2013

Tim Mentawai Road to Padang


28 Oktober 2012 adalah hari keberangkatan Pencerah Nusantara ke titik penempatan masing-masing.  Padang jadi kota transit sebelum kami menuju Mentawai.  Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Pulau Sumatera loh.  Sesaat setelah kami sampai di Minangkabau International Airport pukul 14.30 siang, terlintas bayangan 27 Pencerah Nusantara lainnya yang ditempatkan di 6 titik lain di Indonesia.  Hmm.. perjuangan memang sudah dimulai, kawan.. tapi petualangan yang sesungguhnya baru saja akan dimulai, di titik penempatan masing-masing..



Minangkabau International Airport

Rasanya campur aduk, antara senang, penasaran, sedih, dan tentu saja bingung.  Itu yang aku rasakan setelah sampai di Padang, ditambah dengan mendung yang menyelimuti kota Padang sore itu.  Kami dijemput oleh Pak Udin, staf dari Dinkes Provinsi Sumbar.  Karena banyaknya koper dan barang kami, maka butuh satu taksi lagi.  Orang-orang di sekitar kami sampai heran, “Ini orang mau pindah kemana?”, begitu mungkin pikir mereka :D 

Memasuki Kota Padang, aku langsung takjub dengan kota ini.  Bagaimana tidak.  Bangunan rumah gadang yang jika di Jakarta dan seantero Pulau Jawa berarti Rumah Makan Padang, disini hampir semuaaaa bangunan menggunakan model rumah gadang.  Perkantoran, bank, kampus, sekolah, rumah makan (tentu saja), bahkan sampai pos penyeberangan rel kereta api juga berbentuk rumah gadang.  Dari jauh sudah terlihat bentuk khas dari atap rumah gadang yang itu.  Hahaha.  Berkali-kali aku bilang ke Ka Ido, “Ka, disini bener-bener banyak rumah makan Padang!” saking aku excited-nya dengan tata kota Padang yang sangat menjunjung tinggi budayanya.

Kami tinggal di Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi Sumbar selama 3 hari 2 malam.  Bapelkes ini berada sangat dekat dengan Bukit Pangilun sehingga bukit hijau itu bisa dinikmati keindahannya langsung dari asrama kami, Asrama Puti Linduang Bulan kamar 107 – 109 :) 
  
Senin (29 Oktober 2012) kami bertemu dengan jajaran pegawai di Dinkes Provinsi Sumbar.  Disitu kami diberikan orientasi mengenai berbagai masalah yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang sangat bermanfaat bagi kami.  Sayang sekali, Kadinkes sedang ada di luar kota, tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat kami karena Alhamdulillah kami diterima dengan baik oleh Dinkes Sumbar.  Dan juga diberi Soto Padang :D
  
Setelah itu kami menuju ke Basko, sebuah mall yang ada di Padang.  Naik angkot dua kali dari Gunung Pangilun dengan alasan utama belum makan siang dan ingin makan P*zza Hut. Hahaha.  Jauh-jauh ke Padang makannya disitu juga -.-“ agak kalap gitu jadi pesennya kebanyakan.  Tapi puas lah.  Alhamdulillah.  Trus kami (cewe-cewe) belanja ke Foodm*rt untuk kebutuhan sehari-hari di Mentawai nanti.  Yang mencengangkan adalah beli mie instan sekardus :O ya ampun.  Seumur-umur belum pernah aku beli mie instan sekardus begitu.  Saat itu Ka Ido sedang potong rambut di Y*pie Salon dan alangkah terkejutnya dia melihat kami memasukkan sekardus mie instan ke dalam troli belanjaan XD



PH Basko Mall

Selasa (30 Oktober 2012) rencananya kami akan bertemu dengan Ibu Kadinkes, tetapi nampaknya beliau sedang banyak kegiatan dan belum bisa bertemu dengan kami.  Jadilah kami jalan-jalan kota Padang pada hari itu.  Kami menuju daerah Pondok untuk membeli modem dan dvd eksternal kemudian bersama dengan Bundo (ibunya Ka Ido) dan Fadil menuju ke daerah pesisir Kota Padang untuk makan siang.  Kali itu makan siang di rumah makan Fuja.  Woow.  Alhamdulillah.. Suasananya WOW, makanannya WOW, dan gratis pula dibayarin oleh Bundo ;)

Padang enak sih suasananya.  Ini kayak suasana pertengahan antara kota dan desa gitu.  Jadi bukan semacam Jakarta atau Surabaya gitu.  Dan yang unik lagi dari Padang adalah angkotnya yang “ajeb-ajeb”.  Hampir tak ada satu pun angkot yang tidak ‘bernyanyi’.  Kalo kebagian duduk di pojok (deket speaker) tiba-tiba kepala langsung pening gitu.  Mungkin karena belum biasa naik angkot di Sumatera kali ya.  Katanya di daerah Sumatera yang lain angkotnya juga sejenis dengan angkot-angkot di Padang.
  
3 hari di Kota Padang alhamdulillah menyenangkan… tapi bagaimanapun juga Padang masih berupa “kota” yang mungkin akan berbeda suasana dan kondisi dengan Sikakap.  Tapi.. pusing juga loh kalo ga bisa bahasa Minang.  Karena disinilah tempatnya semua orang ngomong pake bahasa Minang :D

1 comment:

  1. haha..akhirnya kak vidia merasakan juga naik angkot di sumatera..emang gitu kakaaa..di sumatera angkotnya kayak disko..terus dandanannya "heboh" pula :D

    Di Jambi angkotnya juga model begitu lah kak :D

    ReplyDelete