28 Oktober 2012 adalah hari keberangkatan Pencerah Nusantara ke
titik penempatan masing-masing. Padang jadi kota transit sebelum kami
menuju Mentawai. Ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Pulau
Sumatera loh. Sesaat setelah kami sampai di Minangkabau International Airport
pukul 14.30 siang, terlintas bayangan 27 Pencerah Nusantara lainnya yang
ditempatkan di 6 titik lain di Indonesia. Hmm.. perjuangan memang sudah
dimulai, kawan.. tapi petualangan yang sesungguhnya baru saja akan dimulai, di
titik penempatan masing-masing..
Minangkabau International Airport |
Rasanya
campur aduk, antara senang, penasaran, sedih, dan tentu saja bingung. Itu
yang aku rasakan setelah sampai di Padang, ditambah dengan mendung yang
menyelimuti kota Padang sore itu. Kami dijemput oleh Pak Udin, staf dari
Dinkes Provinsi Sumbar. Karena banyaknya koper dan barang kami, maka
butuh satu taksi lagi. Orang-orang di sekitar kami sampai heran, “Ini
orang mau pindah kemana?”, begitu mungkin pikir mereka :D
Memasuki
Kota Padang, aku langsung takjub dengan kota ini. Bagaimana tidak.
Bangunan rumah gadang yang jika di Jakarta dan seantero Pulau Jawa berarti
Rumah Makan Padang, disini hampir semuaaaa bangunan menggunakan model rumah
gadang. Perkantoran, bank, kampus, sekolah, rumah makan (tentu saja),
bahkan sampai pos penyeberangan rel kereta api juga berbentuk rumah
gadang. Dari jauh sudah terlihat bentuk khas dari atap rumah gadang yang
itu. Hahaha. Berkali-kali aku bilang ke Ka Ido, “Ka, disini
bener-bener banyak rumah makan Padang!” saking aku excited-nya
dengan tata kota Padang yang sangat menjunjung tinggi budayanya.
Kami
tinggal di Balai Pelatihan Kesehatan Provinsi Sumbar selama 3 hari 2
malam. Bapelkes ini berada sangat dekat dengan Bukit Pangilun sehingga
bukit hijau itu bisa dinikmati keindahannya langsung dari asrama kami, Asrama
Puti Linduang Bulan kamar 107 – 109 :)
Senin
(29 Oktober 2012) kami bertemu dengan jajaran pegawai di Dinkes Provinsi
Sumbar. Disitu kami diberikan orientasi mengenai berbagai masalah yang
ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang sangat bermanfaat bagi kami.
Sayang sekali, Kadinkes sedang ada di luar kota, tetapi hal tersebut tidak
menyurutkan semangat kami karena Alhamdulillah kami diterima dengan baik oleh
Dinkes Sumbar. Dan juga diberi Soto Padang :D
Setelah
itu kami menuju ke Basko, sebuah mall yang ada di Padang. Naik
angkot dua kali dari Gunung Pangilun dengan alasan utama belum makan siang dan
ingin makan P*zza Hut. Hahaha. Jauh-jauh ke Padang makannya disitu
juga -.-“ agak kalap gitu jadi pesennya kebanyakan. Tapi puas
lah. Alhamdulillah. Trus kami (cewe-cewe) belanja ke
Foodm*rt untuk kebutuhan sehari-hari di Mentawai nanti. Yang
mencengangkan adalah beli mie instan sekardus :O ya
ampun. Seumur-umur belum pernah aku beli mie instan sekardus
begitu. Saat itu Ka Ido sedang potong rambut di Y*pie Salon dan
alangkah terkejutnya dia melihat kami memasukkan sekardus mie instan ke
dalam troli belanjaan XD
PH Basko Mall |
Selasa (30 Oktober 2012) rencananya kami akan bertemu dengan Ibu Kadinkes, tetapi nampaknya beliau sedang banyak kegiatan dan belum bisa bertemu dengan kami. Jadilah kami jalan-jalan kota Padang pada hari itu. Kami menuju daerah Pondok untuk membeli modem dan dvd eksternal kemudian bersama dengan Bundo (ibunya Ka Ido) dan Fadil menuju ke daerah pesisir Kota Padang untuk makan siang. Kali itu makan siang di rumah makan Fuja. Woow. Alhamdulillah.. Suasananya WOW, makanannya WOW, dan gratis pula dibayarin oleh Bundo ;)
Padang
enak sih suasananya. Ini kayak suasana pertengahan antara kota dan desa
gitu. Jadi bukan semacam Jakarta atau Surabaya gitu. Dan yang unik
lagi dari Padang adalah angkotnya yang “ajeb-ajeb”. Hampir tak ada satu
pun angkot yang tidak ‘bernyanyi’. Kalo kebagian duduk di pojok (deket
speaker) tiba-tiba kepala langsung pening gitu. Mungkin karena belum
biasa naik angkot di Sumatera kali ya. Katanya di daerah Sumatera yang
lain angkotnya juga sejenis dengan angkot-angkot di Padang.
3 hari di Kota Padang alhamdulillah menyenangkan… tapi
bagaimanapun juga Padang masih berupa “kota” yang mungkin akan berbeda suasana
dan kondisi dengan Sikakap. Tapi..
pusing juga loh kalo ga bisa bahasa Minang. Karena disinilah tempatnya semua orang
ngomong pake bahasa Minang :D
haha..akhirnya kak vidia merasakan juga naik angkot di sumatera..emang gitu kakaaa..di sumatera angkotnya kayak disko..terus dandanannya "heboh" pula :D
ReplyDeleteDi Jambi angkotnya juga model begitu lah kak :D