8 November 2012
Sekarang kami
sudah tinggal di kontrakan baru. Rumah
kami adalah lantai 2 dari rumah Pak Kamarudin, pengurus Masjid Raya Al
Furqon. Tak bisa dibilang luas rumah
ini, tapi cukup nyaman dan terfasilitasi. Yang benar-benar mikir
adalah bagaimana caranya kami bisa makan tiga kali sehari dengan dana yang kami
miliki. Belum lagi kalo lapar sehingga butuh cemilan XD
Lantai 2 rumah Pak Kamar |
Di rumah
kontrakan kami ada 3 bocah yang hampir setiap saat mereka ‘mengganggu’
aktivitas kami di rumah. Ketiga bocah
ini adalah anak dari orang yang punya rumah (Ka Des). Mereka adalah Teddi (12 tahun), Mikhel (10
tahun), dan Marsel (4 tahun). Ada anak
tetangga juga yang kadang-kadang main ke basecamp kami di lantai 2,
yaitu Andre dan David yang seumuran sama Marsel. Banyak anak kecil dan mereka semua cowo. Hahaha. Kebayang kan bagaimana basecamp
kami yang tak begitu luas ini dipenuhi dengan 5 anak kecil dan 5 orang
cekikikan seperti kami.
Di lantai 2
biasanya kami nonton tivi bareng karena memang tivi keluarga ini adanya di
lantai 2. Bukan hanya sekedar tipi, tapi
ini semacam seperangkat home theater yang kalo dinyalakan gelegarnya
bisa mengalahkan suara adzan dari masjid.
Setiap malam tiga bocah itu memutar sesuatu, baik itu film lion king
yang sudah dua kali diputer, karaoke lagu minang-nya Lintar Icil, atau kisah
superhero macam Batman dan Power rangers.
Yah.. kalo ada mereka jangan
harap bisa menonton tipi saat malam hari, walaupun hanya sekedar menonton
berita di TVone, apalagi nonton infotainment :D
Selain nonton
dan karaoke (lagu malin kundang) bareng, Teddi dan Mikhel sering meminta tolong
untuk mengajari mereka belajar, seringnya sih matematika. Hohoho.
Tadi pagi saat hari hujan dan mereka berdua akan pergi ke sekolah,
kesian kalo keujanan walaupun sekolah mereka dekat sih, hanya turun ke bawah di
depan masjid raya. Jadi aku menawarkan
untuk mengantar mereka menggunakan payung pink ku yang unyu itu sampai di depan
sekolah mereka. Lumayan.. Bisa
jalan-jalan di tengah gerimis pagi hari.. Di tengah jalan mereka berdua banyak
sekali menanyakan sesuatu, misalnya : “Te, kalo jatuh di jalanan semen sama
jalanan aspal lebih sakit yang mana?” Apa aku harus menjatuhkan diri dulu di
kedua jenis jalan itu agar bisa menjawabnya.
Ada-ada saja -_-a
Yang unyu dari
mereka Teddi dan Mikhel adalah mereka (tiba-tiba) menggambar rumah idaman
mereka, dimana di dalamnya ada nama-nama kami juga. Aku sempat speechless melihatnya. Meskipun gambarnya khas anak SD banget, tapi
makna yang terkandung sungguh dalam.
Mereka berdua “menganggap” kami sebagai bagian dari keluarga mereka
padahal baru sebentar kami tinggal disini.
Hmm.. mungkin karena di sekitar sini lebih banyak ibu-ibu dan jarang
sekali anak muda, makanya mereka bertiga jarang maen-maen sama orang besar. Dan akhirnya mereka menemukan kami sebagai orang-orang
besar yang bisa diajak bermain-main.
Ini view dari balkon rumah 'kami' :
Dari balkon udah keliatan pulau sebrang loh! (Pagai Selatan) |
Rumah 'kami' juga sangat dekat dengan Masjid Raya Alfurqon Sikakap |
Pohon mangga yang "begitu dekat" hingga buahnya bisa ditangkap kapan saja~ |
Ekstrimnya cuaca
di Mentawai sungguh menguji kesabaran. Kalo lagi panas,
subhanallah allahuakbar luar biasa panasnya.
Berkeringat terusss, terik matahari, jarang angin, bikin emosi pokoknya
:s Tapi bisa saja setelah itu langsung turun hujan deras. Benar-benar kondisi cuaca yang sangat
ekstrim. Hal itu membuat kami galau jika
ingin menjemur cucian.
Setiap Rabu
adalah Hari Pasar. Hari dimana kapal
dari Padang datang ke Sikakap dan membawa banyak benda-benda dari Padang. Kami akan memanfaatkan hari pasar untuk
membeli kebutuhan, terutama makanan, selama seminggu agar bisa menghemat
pengeluaran kami. Di hari pasar, harga-harga
bahan makanan relatif lebih murah daripada hari-hari lain, apalagi jika membeli
di warung. Wooo. Luar biasa mahalnya disini ciin. Ya begitulah.
Karena semua sayur-sayuran itu harus naik kapal dulu untuk menuju
kesini..
Pasar dadakan yang cuma ada Hari Rabu |
No comments:
Post a Comment